Minggu, 29 September 2013

[Fanfiction] "Spaghetti"

Title            : Spaghetti
Author       : Kimbinnie88
Casts          : [You’ll know it later]
Genre         : Fluff
Rating        : G
Length        : Ficlet
Disclaimer :
FF ini merupakan FF pertama saya. Jika ada kesamaan dengan FF lainnya harap dimaklumi, karena asaya dapat inspirasinya juga dari beberapa FF yang saya baca sih. Hehe. Saya minta tolong sama readers-deul buat kasih kritik dan sarannya ya. Saya butuh banget ;)


The main casts belong to God!
[DON’T FORGET TO COMMENT!]
Check this out!


 NOTE :
FF INI SUDAH PERNAH DIPUBLISH DI SITUS INI. JADI TIDAK ADA HAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN PLAGIAT DI SINI.







Harum oregano bercampur basil menyeruak keluar saat seorang gadis berambut hitam legam yang panjang itu membuka tutup bekal makanannya yang berbentuk persegi berwarna biru langit dengan gambar seekor panda pada pinggirnya.

Dengan lahapnya gadis itu memakan sejenis ‘mie’ asal negeri menara pisa itu yang biasa disebut ‘pasta’ dengan garpu plastik berwarna senada dengan bekalnya yang diambilnya dari tempat yang sama dimana ia mengambil kotak bekalnya.

Sambil sesekali menyesap moccha latte yang mengeluarkan uap dingin dari es yang dihancurkan itu, gadis itu terus menghabiskan spaghettinya nikmat. Hingga seutas spaghetti berhasil mengenai bajunya itu. Meninggalkan bekas berwarna oranye kemerahan yang kontras dengan bajunya yang berwarna putih tulang itu.

Seakan tak peduli dengan itu –atau lebih tepatnya tidak menyadarinya– . Gadis itu terus menyantap spaghettinya nikmat. Hingga manik mata almondnya menangkap selembar tisu dihadapannya.

Gadis itu menghentikkan kegiatannya menyantap spaghetti, lalu mendongakkan kepalanya dan mendapati seorang namja dengan senyum terulas diwajahnya tengah memberikannya tisu. Ragu-ragu gadis itu bertanya.

“Untukku?”
“Tidak. Ini bukan untukmu” jawab namja itu sambil tetap memberikan senyumannya.
“Lalu?” gadis itu menatapnya heran. Ia meletakkan garpunya yang sudah bergulungkan spaghetti itu.
“Dasar. Ini untuk bajumu yang terkena spaghetti itu, nona” namja itu memperhatikan bekas kemerahan yang terdapat di bagian dada kiri baju yeoja itu. Yeoja itu pun ikut memperhatikan tatapan namja itu.
“Ini. Ambilah”

Tanpa menunggu si yeoja mengambil tisu yang ditawarkannya, namja bertubuh tinggi itu pun berinisiatif untuk membersihkannya.
Belum sempat sang namja membersihkannya, tangan sang yeoja itu menahan pergerakan tangan si namja yang ingin membersihkan noda bekas spaghetti itu.

“Biar aku saja. Kamsahamnida” sergah si yeoja. Tanpa menjawab apa-apa, si namja pun duduk dihadapan sang yeoja. Sambil menopang dagunya dengan tangan kirinya pada meja kayu yang memisahkan mereka, si namja memperhatikan yeoja dihadapannya itu yang sedang membersihkan bajunya.

Merasa terus diperhatikan, sang yeoja pun menyudahi kegiatannya membersihkan bajunya. Walaupun sebenarnya tidak akan bersih mengingat saus spaghetti itu sudah menempel pada bajunya.

“Kelihatannya kau sangat menikmati makan siangmu itu. Sampai ada spaghetti yang mengenai bajumu saja kau tidak menyadarinya” ujar sang namja memecah keheningan. Matanya yang besar terus saja memperhatikan wajah yeoja didepannya.

“Ah... itu...” seakan tertangkap basah, yeoja itu kehabisan kata-kata.
“Sudahlah. Ngomong-ngomong kenalkan, namaku Chanyeol. Park Chanyeol. Kau?” namja yang bernama Chanyeol itu mengulurkan tangannya. Seakan sudah menjadi kebiasaan, si yeoja pun membalas uluran tangan –mungkin lebih tepatnya jabatan– namja itu. Namun sedikit ragu-ragu kali ini.
“Lee Eunri. Panggil saja aku Eunri” balas yeoja yang memperkenalkan dirinya dengan nama Lee Eunri itu.
“Baiklah Eunri-ssi. Salam kenal” ucap Chanyeol sambil melepaskan jabatan tangannya.
“Ne, Chanyeol-ssi” yeoja bernama Eunri itu membalasnya dengan senyuman simpul yang terukir oleh bibirnya.
“Jadi, kau suka makan disini?” tanya Chanyeol yang kedengarannya lebih seperti tebakkan itu.
“Bisa dibilang seperti itu. Kebetulan tempat ini dekat dengan kantorku. Jadi setiap waktu makan siang aku selalu kesini” jelas Eunri. Sementara Chanyeol hanya mengangguk-anggukan kepalanya pertanda ia paham.
“Kau sendiri?” sambung Eunri.
“Tidak terlalu. Kebetulan aku sedang lewat sini dan melihatmu sedang asik menyantap makan siang” jawab Chanyeol.
“Tapi bukan berarti aku ingin ikut makan denganmu” tambah Chanyeol. Eunri yang mendengarkan itu hanya membulatkan mulutnya.
“Kau juga kerja di dekat sini?” tanya Eunri.
“Aku belum kerja. Aku masih belajar di perguruan di sebrang sana” jelas Chanyeol sambil menunjuk gedung tingkat –yang merupakan tempat dimana ia menimba ilmu itu– yang berada di sebrang jalan.
“Kau masih kuliah?” tanya Eunri dengan nada yang menunjukkan keterkejutannya. Walaupun hanya sedikit.
“Wae? Apakah aku tidak terlihat seperti anak kuliahan?” Chanyeol balik bertanya disertai muka polosnya.
“Aniyo. Kau justru...” kelihatan seperti anak kecil. Lanjut Eunri dalam hati.
“Justru apa? Seperti anak kecil ya?” tebak Chanyeol seakan mengetahui apa yang diucapkan Eunri dalam hati. Dengan menggembungkan sedikit pipinya, dapat terlihat jelas kalau Chanyeol tidak suka dipanggil seperti itu.
“Tidak kok, tidak. Sudahlah lupakan saja”

Hening. Mungkin itu kata yang tepat untuk menjelaskan keadaan di sekitar mereka. Ralat. keadaan di meja tempat mereka berbincang. Hingga Eunri menyadari ia belum menghabiskan spaghettinya.

“Kau suka spaghetti?” tanya Chanyeol yang menghentikan kegiatan Eunri yang hendak mengambil garpu yang tadi ia pakai itu.
Banyak tanya sekali. Pikir Eunri.
“Bisa dibilang seperti itu. Aku sangat menyukai aroma oregano ini” jelas Eunri.
Eh, tadi aku bilang ia banyak tanya. Tapi aku menjelaskan apa yang tidak ia tanya. Ah, sudahlah. Gumam Eunri.
“Semenarik itu kah oregano? Kupikir sih itu biasa-biasa saja” Chanyeol menggaruk-garukkan kepalanya pelan.
“Entahlah. Aku juga bingung. Hanya saja wangi oregano ini seperti menarikku untuk memakannya. Haha”
Chanyeol hanya menganggukkan kepalanya pelan mendengar ‘penjelasan’ Eunri tentang oregano itu.
“Apakah kau menyukai spaghetti?” Eunri balik bertanya.
“Sangat. Aku bahkan memimpikan memiliki pendamping yang pandai memasak spaghetti untukku nantinya dimakan setiap hari. Haha”
“Tapi aku tidak begitu menyukai aroma oregano itu” sambung Chanyeol sambil memperhatikan beberapa daun oregano yang berada di atas spaghetti milik Eunri yang masih tersisa.
Eunri hanya menggeleng-gelengkan kepalanya seakan mengatakan “Dasar”.
“Oiya, tadi kau bilang kau sudah bekerja. Apakah itu artinya kau lebih... lebih tua dariku?” tanya Chanyeol ragu-ragu. Takut menyinggung perasaan yeoja dihadapannya ini.
“Eh... Mungkin. Berapa umurmu?”
“22” jawab Chanyeol singkat.
“22? Berarti kita beda... 4 tahun” Eunri sedikit ragu-ragu mengucapkan jarak antara umurnya dan umur Chanyeol.
“Woah. Jinjja? Tapi kau tidak terlihat seperti itu, nuna” Chanyeol sedikit menggoda Eunri yang notebenenya lebih tua darinya itu dengan embel-embel ‘nuna’. Walaupun sebenarnya memang harus menggunakan kata itu sih.
“Yak. Kau ini” Eunri mencibir sementara Chanyeol hanya terkekeh melihatnya.
“Sepertinya aku tidak bisa berlama-lama lagi disini” Chanyeol beranjak dari tempatnya dan hendak membalikkan badannya.
“Oiya, ini” Chanyeol merogoh selembar kertas kecil berwarna putih pucat dari dalam saku celana jeansnya yang berwarna hitam itu. Lalu memberikannya pada Eunri.
“Dibukanya nanti saja. Annyeong, nuna” Chanyeol segera berlari setelah berpamitan dengan Eunri. Eunri pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Chanyeol yang seperti anak-anak itu.

Eunri yang sudah tidak bernafsu untuk menghabiskan spaghettinya itu menutup kotak bekal makanannya. Ia memutuskan untuk menghabiskan moccha latte yang sudah tidak dingin itu. Lalu membuangnya pada tempat sampah yang jaraknya sekitar 1 meter dari tempat duduknya itu.

Sadar akan kertas pemberian Chanyeol yang berada di genggamannya itu. Eunri pun membuka kertas tersebut untuk mengetahui isinya.
Eunri sedikit kaget pada awalnya saat membaca kata yang terdapat pada kertas itu. Namun keterkagetan itu seketika tergantikan oleh senyuman yang terukir jelas pada wajah Eunri.

“Dasar Park Chanyeol”

Eunri pun menutup kertas itu lalu bergegas pergi dengan senyuman yang terus terpampang.

-END-

Gimana FF nya? Gaje kah? Mian ya typo bertebaran T_T jangan lupa kasih komentar dan sarannya ya readers-deul ;)
DON’T BE SILENT READER!

Thank you so much! ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar